Duck hunt

PREDATOR, MUSUH ALAMI AGEN ANTAGONIS DALAM PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)

Disusun oleh : PUJA KURNIA M UNIFERSITAS GARUT FAKULTAS PERTANIAN

 

PREDATOR, MUSUH ALAMI AGEN ANTAGONIS DALAM

PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)

Disusun oleh :

PUJA KURNIA M

UNIFERSITAS GARUT

FAKULTAS PERTANIAN

2011/2012

Pengantar

Penggunaan pestisida secara berlebihan telah merusak keseimbangan hayati. Penggunaan bahan tersebut dapat mengakibatkan serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) meningkat serta populasi serangga dan mikroorganisme antagonis yang berperan sebagai agens pengendali hayati menjadi menurun. Pengalaman tersebut menyadarkan pentingnya penerapan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yang memaksimalkan penerapan berbagai teknik pengendalian OPT ramah lingkungan secara komprehensif dan mengurangi penggunaan pestisida secara tepat.

Pengendalian hayati merupakan salah satu komponen penting dalam Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

Pengendalian hayati adalah pemanfaatan musuh alami untuk mengendalikan serangga hama atau penggunaan agens antagonis untuk mengendalikan patogen tanaman. Pada dasarnya, setiap serangga hama mempunyai musuh alami yang dapat berperan dalam pengaturan populasinya.

Musuh alami serangga hama adalah komponen utama dari pengendalian almiah, yang merupakan bagian dari ekosistem dan sangat penting peranannya dalam mengatur keseimbangan ekosistem tersebut. Musuh alami yang berperan dalam pengendalian serangga hama terdiri dari patogen serangga, predator, dan parasitoid. Beberapa jenis musuh alami yang cukup penting antara lain : Patogen Serangga

1. Beauveria basiana (Balsamo) Vuillemin Cendawan ini menyerang serangga hama antara lain : wereng batang, wereng daun, penggerek batang padi, penggulung daun, kepinding padi, kepinding hitam, dan kutu banci (Aphids sp.).

Spora cendawan B. basiana nampak seperti kapur putih yang menutupi tubuh serangga inangnya.

2. Metarrhizium anisopliae (Metchnikoff) Sorokin Metarrhizium flavoviridae Gams dan Roszypal Cendawan M. anisopliae dapat menginfeksi wereng, kepinding tanah, dan kumbang. Pada awalnya, cendawan tumbuh berwarna putih pada segmen tubuh inang. Bila spora terbentuk, cendawan akan berubah warna menjadi hijau gelap (jika yang menyerang M. anisopliae) atau hijau muda (jika yang menyerang M. flavoviridae).

3. Bacillus thuringiensis Bakteri B. thuringiensis dapat digunakan untuk mengendalikan hama ordo Lepidoptera, Diptera, dan Coleoptera. Bakteri ini juga ada yang infektif terhadap nematoda fitofagus.

PREDATOR, MUSUH ALAMI AGEN ANTAGONIS DALAM PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)

Jika anda lewat di areal pertanaman tebu, berhentilah lihatlah dan amati sejenak, maka anda akan menemukan tanaman tebu yang batangnya berlubang. Batang tebu itu dilubangi oleh sejumlah hama antara lain penggerek tebu (Chilo sachariphagus).  Hama  penggerek  itu bertelur pada lubang batang tebu dan larva yang menetas berwujud ulat. Dengan lahapnya ulat ini menghisap cairan gula sampai tanaman tebu menurun kadar gulanya sehingga berakibat pada turunnya produksi gula.

Sementara itu di alam ini ada sejenis lalat Diatracophaga striatalis (Lalat Jatiroto). Begitu ada batang tebu berdiri di kebun maka betinanya biasanya langsung mencari lubang yang sebelumnya sudah digerek oleh ulat Chilo. Lalat Jatiroto bertelur di dalam lubang tersebut. Jumlahnya dapat mencapai antara  10-500 butir setiap ekor betina dan dalam tempo 5 hari berubah menjadi ulat putih. Ulat itu dalam beberapa menit saja sudah agresif mencari mangsa.

Dengan gerak cepat ulat putih menyerang penggerek Chilo yang berada dalam lubang tebu dan menghisap darahnya sampai mati kering. Ulat putih selanjutnya berkepompong dalam lubang tersebut, kemudian menjelma menjadi lalat dewasa seperti nenek moyangnya dahulu. Dengan matinya penggerek Chilo, batang tebu sehat kembali dan sari tebunya dapat diselamatkan.

Di suatu areal persawahan, wereng coklat (Nilaparvata lugens) dengan ganasnya menghisap cairan sel jaringan padi bagian batang dan menaruh cairan ludah yang beracun sehingga tanaman padi menguning lalu mati. Selain itu, wereng coklat ini menularkan virus penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa sehingga produksi padi turun bahkan gagal panen.

Sementara itu ada serangga Coccinella sp., sejenis kumbang berwarna coklat kemerahan berbintik hitam yang aktif berpindah-pindah tempat mencari mangsa. Jika bertemu wereng coklat, kumbang itu dengan gerak cepat menangkapnya dengan menggunakan kaki bagian depan dari arah belakang dan langsung memakannya.

Itulah beberapa contoh dari banyak contoh aktivitas serangga pemangsa hama tanaman yang disebut musuh-musuh alami (predator dan parasitor). Mereka ini secara langsung ikut membantu manusia khususnya petani dalam menekan perkembangan hama tanaman. Predator sebagai serangga liar yang berguna ini perlu mendapat perhatian kita karena seringkali akibat perbuatan manusia, jumlah musuh-musuh alami ini cenderung menjadi sedikit, bahkan musnah sama sekali.

Kita sudah maklum bahwa hama tanaman merupakan salah satu penyebab rendahnya produksi tanaman. Penurunan hasil karena serangan hama dapat mencapai lebih dari 50%. Karena itu banyak dilakukan usaha-usaha untuk menanggulangi kehadiran hama tanaman. Usaha penanggulangannya dilakukan dengan berbagai cara, antara lain, yaitu dengan perbaikan cara bercocok tanam, menggunakan musuh alami, menggunakan pestisida, menanama varietas tahan, dan kombinasi dari cara-cara pengendalian tersebut.

Semua orang mengira dan memang tidak kita sangsikan bahwa pestisida merupakan satu-satunya “alat” yang paling ampuh untuk mengendalikan serangan hama, terutama jika populasi serangga hama telah melampaui atau mencapai tingkat “ambang kerusakan ekonomi”, yaitu suatu tingkat serangan hama yang segera akan menyebabkan kerugian ekonomi apabila tidak dikendalikan. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa penggunaan pestisida yang berspektrum luas secara terus-menerus dan berlebihan ternyata dapat menimbulkan dampak negatif antara lain yaitu serangga hama menjadi lebih tahan, pencemaran lingkungan, bahaya langsung terhadap pemakai, bahaya residu terhadap manusia dan hewan peliharaan, serta akibat yang lebih serius adalah matinya serangga berguna seperti predator dan parasitoid dan serangga penyerbuk, dan selanjutnya dapat menimbulkan terjadinya peningkatan populasi hama setelah penggunaan pestisida (resurgensi) dan terjadinya ledakan hama sekunder.

Masalah terakhir inilah yang menyebabkan banyak orang menjadi risau terutama para ahli ekologi dan pecinta alam karena punahnya serangga yang berguna dapat menyulitkan pengendalian hama itu sendiri atau menimbulkan masalah baru lainnya yang sulit diatasi.

Sebagai contoh, penggunaan insektisida organofosfat yang persisten untuk mengendalikan kutu daun pada tanaman alfalfa (Therioaphis trifolli) ternyata juga membunuh kumbang predator (Hipodemia sp). Akibatnya populasi kutu daun meningkat dengan cepat. Sebagai akibat musnahnya musuh-musuh alami oleh pestisida, beberapa serangga yang tadinya tidak membahayakan dapat berubah statusnya menjadi hama utama yang membahayakan. Inilah yang disebut ledakan hama sekunder.

Contoh lain adalah kutu tempurung berlilin (Gascardia destructor) merupakan hama sekunder pada tanaman jeruk di Afrika Selatan.

Setelah penggunaan insektisida organofosfat yang persisten, musuh-musuh alami musnah. Akibatnya, populasi hama utama (kutu tempurung merah) dan hama sekunder (kutu tempurung berlilin) meningkat cepat.

Musih-musuh alami banyak sekali jenisnya di alam, seperti kumbang tanah, capung, undur-undur, kelabang, belalang sembah, tungau, kepik, laba-laba, kalajengking, burung dan lain-lain. Beberapa musuh alami dari hama-hama tanaman pada berbagai jenis tanaman antara:

(1)  Belalang bertanduk panjang, kumbang coccinella, kumbang mirid, kumbang carabit, labah-labah bermata jalang, labah-labah berahang empat, laba-laba harimau, dan capung merupakan predator hama wereng coklat, wereng hijau, dan wereng punggung putih pada tanaman padi. Kumbang coccinella juga pemangsa hama putih dan penggerek batang padi.

(2)  Semut hitam menyerang hama Helopeltis pada buah kakao.

(3)  Parasit Thripoctenus membunuh hama putih (Thrips tabaci) pada tanaman bawang merah.

(4)  Tawar kemit (Apanteles artonase) merupakan pemangsa hama ulat Artona yang merusak tanaman kelapa, sagu, enau, pinang, salak, kelapa sawit, tebu.

(5)  Kepik merah (Diadyanus) merupakan pemangsa hama bubuk kopi (Hypothenemus) yang menyerang buah kopi di pertanaman.

(6)  Larva Chrysopa dan kumbang Coccinella memangsa kutu dan persik pada tanaman kentang.

(7)  Kumbang Coccinella juga memangsa kutu daun, kutu perisai, dan tungau pada tanaman singkong dan waloh siam.

(8)  Parasit Trichogama menyerang ulat buah (Heliothis) dan pengisap daun (Aphis) pada tanaman kapas.

(9)  Kepik (Rhinocoris) memangsa ulat Prodenia, Heliothis, dan kutu daun pada tanaman tembakau, serta masih banyak lagi musuh-musuh alami dari berbagai jenis hama tanaman yang tidak mungkin disebut satu persatu.

Penggunaan musuh-musuh alami untuk pengendalian serangga hama, yang juga disebut pengendalian hama secara biologis atau pengendalian hayati, sudah sejak lama dilakukan oleh manusia.

Beberapa contoh pengendalian hayati yang telah dikembangkan antara lain pengendalian hama Armona caffeazia yang banyak merusak daun teh di Sailan dengan parasit Macrocentrus yang sengaja didatangkan dari Pulau Jawa pada tahun 1935 berhasil memuaskan, juga pengendalian hama kutu tempurung (Icerya purchasi) pada tanaman jeruk di Amerika Serikat dengan menggunakan sejenis kumbang Vedelia.

Di Indonesia, pengendalian hayati yang telah dilaksanakan antara lain pengendalian hama kumbang daun kelapa (Brontispa longisima) di Sulawesi Selatan dengan parasitoid Tetrasistichus pada tahun 1930an mencapai sukses besar.

Demikian pula pengendalian hama Plutula xylostella yang banyak merusak tanaman kubis dengan parasitoid Diadegma eucerophaga, dan di Jawa Barat juga pernah digalakkan pengendalian hama kutu loncat (Heterophylla sp) pada tanaman lamtorogung dengan sejenis predator Eurinus coerucus, serta usaha-usaha pengendalian hayati lainnya yang kini terus diteliti dan dikembangkan.

Pengendalian hayati dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) Secara alami dengan melindungi, melestarikan atau memberi kesempatan kepada musuh alami untuk berkembang biak lebih banyak, juga diusahakan untuk memelihara dan melakukan pelepasan musuh-musuh alami, dan (2) Secara klasik dengan mengimpor musuh-musuh alami dari daerah asal hama, kemudian mengembangkannya secara massal dan melepaskan ke lapangan untuk menekan populasi serangga hama sasaran.

Pengendalian hayati, walaupun usahanya memerlukan waktu yang cukup lama dan berspektrum sempit (inangnya spesifik), tetapi banyak keuntungannya, antara lain aman, relatif permanen, dalam jangka panjang relatif murah dan efisien, serta tidak akan menyebabkan pencemaran lingkungan.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa musuh-musuh alami mempunyai peranan yang sangat besar dalam membantu kita untuk menekan perkembangan hama tanaman. Pengendalian hama yang hanya menggunakan pestisida saja dengan spektrum luas dan terus-menerus sebenarnya tidak baik dari segi ekologi.

Oleh karena itu dalam pengelolaan hama, cara pengendalian hayati perlu ditingkatkan  dan penggunaan pestisida hendaknya dilakukan secara bijaksana agar keseimbangan alami tidak terganggu (mbs).

DAFTAR PUSTAKA

http://www.sinartani.com/

Back to posts
This post has no comments - be the first one!

UNDER MAINTENANCE

renewable energy

lorem ipsum dolore

Erat lacininec in vel ipsum aucvorpt felieaculis lacinia ictum ntumit.usce euiso onsequat ant psuolor sit conse ctetuer adipis cing elitell eorqm coue. Sed in lacus ut enim adipig iqpede mi aliquet sit amet euis inor ut gliquam dapibus tincidunt metus. Praesnt justo dolor lobortis quis lobo.
rtis dignissim pulvinar ac lorem. Vestibulum sed anteonec sagittis.

sedolorem lopori poloren dolore

Erat lacininec in vel ipsum aucvorpt felieaculis lacinia ictum ntumit.usce euiso onsequat ant psuolor sit conse ctetuer adipis cing elitell eorq.

industry recognition

1

Markets and Services Overview

Lacinia ictum ntumit usce euiso onsequat ant psuolorsinse ut
enim adipigqpede mi alit gliquam dus tincnt justo dolor lobortis
quis. dignissim pulvinareuismod purus.Sed ut perspiciatis unde.

2

Specialized Markets and Services

Lacinia ictum ntumit usce euiso onsequat ant psuolorsinse ut
enim adipigqpede mi alit
gliquam dus tincnt justo dolor lobortis quis dignissim pulvinar
ac lorem gliquam dus tincntju.

environmental projects

Aliquam congue fermentum nisl

Pellentesque sed dolor

Erat lacininec in vel ipsum aucvorpt felieaculis lacinia ictum ntumit usce euiso onsequat ant psuolor sit conse ctetuer adipis cing elitell eorqonsequat ant op.

Vestibulum sed ante

Sed in lacus ut enim adipig iqpede mi aliquet sit amet euis inor ut gliquam
dapibus tincidunt metus lorem ipsum.